Senin, 29 Juni 2009 06:07 WIB
Penulis : Mario Aristo
JAKARTA--MI: Greenpeace mendesak ketiga capres Indonesia untuk lebih menunjukkan komitmennya terhadap persoalan lingkungan karena kegiatan perusakan hutan yang sudah semakin parah.
Organisasi pemerhati masalah lingkungan hidup ini menilai dari ketiganya belum ada yang benar-benar serius menunjukkan komitmennya terhadap isu lingkungan hidup. Dalam debat-debatnya, capres sama sekali tidak memasukkan isu lingkungan hidup ke agenda debat.
"Di masa kampanye ini, semua kandidat membicarakan banyak hal, menjanjikan kesejahteraan dan kemaslahatan rakyat Indonesia. Tetapi pada isu lingkungan janji-janji mereka tidak disertai rencana yang matang," ujar juru kampanye hutan Greenpeace Asia Tenggara, Joko Arif, kemarin.
Jika diurutkan besarnya komitmen masing-masing capres, Greenpeace menilai Megawati lah yang paling dominan muncul dalam isu lingkungan hidup, dan disusul capres Jusuf Kalla di posisi nomor dua.
Sedangkan untuk capres SBY, Greenpeace menempatkannya di posisi paling 'buncit' karena belum pernah secara langsung menyampaikan kepedulian mereka dalam konteks lingkungan hidup. Hal itu dikarenakan masalah lingkungan hidup hanya menempati posisi nomor 12 di 15 program kerja utama capres SBY, dan itupun hanya dijabarkan dengan satu kalimat, yakni 'perbaikan lingkungan hidup'.
Menurut Greenpeace, dalam kampanyenya di Palangkaraya, capres Megawati sempat menyatakan akan mengimplementasikan moratorium (penghentian sementara penebangan hutan), jika dirinya terpilih. Sementara itu capres Jusuf Kalla menyatakan menolak rencana pembangunan reaktor nuklir di Indonesia.
"Kami mengapresiasi dan gembira dengan janji beberapa kandidat presiden itu. Tetapi janji itu seharusnya dibarengi dengan rencana kerja yang solid dan matang," papar Joko.
Saat ini Indonesia diyakini Greenpeace sebagai salah satu negara yang paling beresiko terkena dampak buruk dari perubahan iklim, termasuk naiknya permukaan laut serta frekuensi kondisi iklim ekstrim yang akan berdampak pada ketahanan pangan dan keamanan.
Di tengah kondisi tersebut, Indonesia merupakan negara penyumbang emisi gas rumah kaca terbesar ketiga setelah Amerika Serikat dan China karena kerusakan hutannya paling besar dan cepat di dunia.
"Melindungi lingkungan, terutama hutan alam kita yang masih tersisa membutuhkan komitmen politik yang kuat seiring dampak negatif perubahan iklim makin buruk. Jadi siapapun yang akan jadi presiden Indonesia nanti, yang kita butuhkan adalah seseorang yang bervisi ke depan, tidak hanya perduli pada Indonesia lima tahun ke depan, tetapi juga akan melakukan sesuatu untuk masa depan generasi mendatang," pesan Joko.
Sumber : www.mediaindonesia.com