Web Toolbar by Wibiya

Nov 30, 2015

Proyek Medco Energi dan Rencana Megaproyek 35.000 MW

Konsorsium MedcoEnergi, Ormat dan Itochu Menandatangani Perjanjian Proyek Panas Bumi Sarulla

MedcoEnergi dengan bangga mengumumkan bahwa konsorsium yang didirikan bersama Ormat International, Inc. (“Ormat”) dan Itochu Corporation (“Itochu") (secara bersama disebut Konsorsium), hari ini menandatangani Pokok-Pokok Perjanjian (“HOA") Proyek Panas Bumi Sarulla dengan PT PLN (Persero) (“PLN"), badan usaha milik negara yang bergerak dalam bidang penyediaan listrik, dan PT Pertamina (Persero) (“Pertamina"), badan usaha milik negara yang bergerak dalam bidang minyak dan gas, untuk mempercepat penyelesaian dan pengesahan Akta Penugasan baru (“DoA"), perubahan Kontrak Penjualan Energi (“ESC"), serta Kontrak Kerjasama Operasi ("JOC"), termasuk prosedur untuk mendapatkan persetujuan pihak terkait.

Presiden Republik Indonesia, Bapak Susilo Bambang Yudhoyono, dan Perdana Menteri Jepang, Bapak Shinzo Abe, menyaksikan penandatanganan HOA tersebut yang ditandatangani oleh Eddie Widtono, Presiden Direktur PLN, Ari Sumarno, Presiden Direktur Pertamina, dan Konsorsium yang diwakili oleh Hilmi Panigoro, Presiden Direktur MedcoEnergi, David Citrin, Vice President Ormat, dan Akira Yokota, Executive Vice President Itochu, pada acara Japan-lndonesia Business Forum.

"Proyek Panas Bumi Sarulla yang terletak di Tapanuli Utara, Sumatra Utara, ini merupakan proyek panas bumi dengan kontrak tunggal yang terbesar di industri panas bumi seluruh dunia saat ini. Hal ini mencerminkan besarnya skaia dan tingginya produktifitas sumber panas bumi di Indonesia, serta merupakan sebuah indikator dari adanya potensi industri pembangkit listrik panas bumi di Indonesia," ujar Hilmi Panigoro, Presiden Direktur MedcoEnergi.

Latar Belakang

Konsorsium, dengan MedcoEnergi sebagai pemimpin, telah mengikuti tender Penugasan Pembangkit Listrik Panas Bumi Sarulla 300 MW yang diselenggarakan PLN pada bulan Desember 2004, namun tender diulang pada bulan Februari 2005. Pada bulan April 2005, PLN mengumumkan bahwa Konsorsium sebagai peserta tender yang diunggulkan tetapi PLN meminta Konsorsium untuk memasukkan penawaran kembali. Pada bulan Mei 2005, Konsorsium kembali memasukkan penawarannya.

Akhirnya, pada tanggal 25 Juli 2006, Konsorsium menerima Surat Intent (Lol) mengenai penganugrahan Penugasan Pembangkit Listrik Panas Bumi Sarulla 300 MW dari PLN. Lol tersebut mewajibkan Konsorsium untuk membicarakan dan menyelesaikan DoA, dan melakukan amandemen ESC dengan PLN dan Pertamina.

Rencana Kedepan

Proyek Panas Bumi Sarulla akan dibangun untuk kurun waktu lima tahun dalam 3 tahap, masing- masing untuk kapasitas 110 sampai 120 MW. Unit generator pembangkit listrik pertama diperkirakan beroperasi dalam waktu 30 bulan setelah financial closing sedangkan dua unit lainnya di jadwalkan mulai beroperasi 18 bulan setelah mulai beroperasinya unit yang pertama. Tenaga listrik yang dihasilkan proyek ini akan melayani sistem pembagian PLN di Sumatera Utara dan Aceh.

Sebagaimana disampaikan dalam penawaran, Konsorsium harus:

Menyelesaikan pengembangan lapangan uap panas bumi;
Membangun sistem pemipaan di lapangan;
Membangun 3 (tiga) pembangkit listrik yang di rancang dan dipasok oleh Ormat dengan kombinasi kapasitas kotor sebesar 340 MW;
Memiliki dan mengoperasikan fasilitas dan penjualan listrik ke PLN berdasarkan ESC untuk jangka waktu 30-tahun.
Jumlah keseluruhan dari biaya proyek diperkirakan sekitar USD 800 juta dan diharapkan Japan Bank International Corporation (JBIC) akan menjadi penyedia pendanaan proyek yang mayoritas berdasarkan Umbrella Notes of Mutual Understanding yang ditandatangani antara Menteri Keuangan Indonesia dan JBIC.

Proyek ini akan dimiliki dan dioperasikan oleh Konsorsium Medco Ormat Itochu berdasarkan framework dari JOC dengan pemilik konsesi, Pertamina, melalui anak perusahaannya, PT Pertamina Geothermal Energy (Pertamina Geothermal).

Sebagai tambahan dari HOA, pada hari yang sama Konsorsium dan Kyushu Electric Power Co., Inc. juga menandatangani Memorandum of Understanding (MOU). MOU mengkonfirmasikan minat Kyushu Electric untuk berpartisipasi dalam Proyek Sarulla.

“Panas bumi merupakan salah satu dari sumber energi yang utama dan dapat dibaharukan dimasa yang akan datang. Proyek ini akan menjadi dasar dari usaha Perseroan untuk mendiversifikasi portofolio sumber energinya”, tambah Hilmi. Sementara itu Aries Pardjimanto, Presiden Direktur PT Medco Geothermal Indonesia (Medco Geothermal) mengatakan, "Proyek Panas Bumi Sarulla menandakan komitmen kami untuk mengembangkan sumber energi terbarukan. Kami senang proyek ini dapat menunjang program Pemerintah untuk menyediakan tambahan sumber tenaga listrik di wilayah Sumatra Utara dan Aceh."

Lucien Bronicki, Chairman dan CTO dari Ormat Technologies, menyatakan, “Kami bangga kerjasama dengan Pertamina, PLN dan tim dari Medco dan Itochu mendekati hasilnya. Teknologi air-cooled geothermal Combined Cycle dari Ormat terbukti sejak 15 tahun terakhir, yang dikhususkan untuk memastikan penggunaan hasil bumi di Sarulla secara maksimal dengan berkesinambungan. Kami berjanji untuk terus memberikan kontribusi kepada perkembangan energi terbarukan Indonesia yang penting ini dengan membagi pengalaman kami dalam membangun dan mengoperasikan 12 pembangkit listrik panas bumi yang kami miliki di Guatemala, Kenya, Nikaragua, dan Filipina.”

Akira Yokata, Executive Vice President Itochu Corporation, mengatakan bahwa, "Itochu selama ini aktif untuk mencari proyek energi terbarukan lingkungan hidup di berbagai negara dan proyek panas bumi juga merupakan lahan yang sedang kami titik beratkan. Indonesia memiliki kekayaan panas bumi yang sangat baik dan kami sangat senang dapat melakukan langkah ini dalam memberikan kontribusi berkelanjutan bagi kemakmuran Indonesia melalui Proyek Panas Bumi Sarulla memanfaatkan hasil bumi ramah lingkungan yang dimiliki Indonesia.”

Serta rencana pembangunan PLTG pada 2016 ini : " PT Medco Energi Internasional Tbk. (MEDC) melalui anak perusahaan PT Medco Power Indonesia akan membangun proyek pembangkit listrik tenaga gas (PLTG) berkapasitas 2 x 800 megawatt yang menjadi bagian dalam proyek 35.000 megawatt."

Sumber : medcoenergi.com dan bisnis.com